Dalam Kamus Linguistik Edisi Keempat (2009: 198), praanggapan diartikan sebagai ‘syarat yang diperlukan bagi benar-tidaknya suatu kalimat’. Dalam bahasa Inggris, praanggapan disebut presupposition. Menurut Yule (1996: 25), presuposisi adalah suatu perkara yang diasumsikan oleh penutur sebelum melakukan pengungkapan. Presuposisi dapat juga dikatakan sebagai hubungan antara dua proposisi. Perhatikan contoh berikut.
- a. Bapak sedang mencuci mobil barunya. (P)
b. Bapak punya mobil baru. (Q)
c. P >> Q.
Simbol “>>” di atas mengartikan bahwa P merupakan presuposisi bagi Q.
Perlu diketahui, jika terdapat pengingkaran atau negasi pada 1a, asumsi pada kalimat 1b tidak berubah. Keadaan ini dikatakan sebagai constancy under negation atau ketetapan dalam negasi/pengingkaran.
1. a. Bapak sedang mencuci mobil barunya. (P)
b. Bapak punya mobil baru. (Q)
c. P >> Q.
2. a. Kita tahu bahwa Mira merupakan anak seorang bangsawan. (P)
b. Kita tidak tahu bahwa Mira merupakan anak seorang bangsawan. (Q)
c. Mira merupakan anak seorang bangsawan. (P >> Q)
Jenis-Jenis Presuposisi
Mengenai jenis-jenis presuposisi, kalimat 1 di atas tergolong ke dalam presuposisi eksistensial. Presuposisi jenis ini berkaitan dengan kepemilikan dan nomina takrif. Sementara itu, kalimat 2 tergolong ke dalam presuposisi faktif. Jenis ini dicirikan melalui verba atau frasa verbal yang dapat mengindikasikan fakta, seperti tahu bahwa, mengetahui, sadar bahwa, dan menyadari. Perhatikan contoh-contoh berikut ini.
- Saya tidak tahu bahwa Budi sedang sakit.
- Mereka menyesal karena berbohong kepada kepala sekolah.
- Andi tidak menyangka dirinya akan menjadi juara kelas.
Tiga contoh tersebut merupakan presuposisi bagi
- Budi sedang sakit;
- Mereka berbohong;
- Andi menjadi juara kelas.
Jenis presuposisi berikutnya adalah presuposisi leksikal. Di sini, makna satu kata atau frasa dapat menjadi presuposisi bagi pernyataan yang tidak terutarakan secara eksplisit.
- Dina terlambat lagi. ( >> Dina sering atau pernah terlambat)
- Saya sudah berhenti merokok. ( >> Tadinya, saya merupakan seorang perokok)
- Hubungan kami mulai renggang. ( >> Hubungan mereka erat dulunya)
Kemudian, ada pula presuposisi struktural yang struktur frasa atau klausanya dapat berdiri sebagai presuposisi. Kita dapat menemukan penerapan presuposisi struktural pada kalimat tanya seperti di bawah ini.
- Kenapa dia pergi tanpa berpamitan? ( >> Dia pergi tanpa berpamitan)
- Di mana kamu membeli sepatu itu? ( >> Kamu membeli sepatu)
- Apa yang sedang Rina tangisi? ( >> Rina sedang menangis)
Secara logika, jenis eksistensial, faktif, leksikal, dan struktural merupakan presuposisi yang mengindikasikan sesuatu tanpa negasi. Di luar itu, ada juga presuposisi yang menyiratkan sebaliknya, yaitu keingkaran informasi.
- Saya bermimpi menjadi orang yang kaya raya. ( >> Saya bukan orang yang kaya raya)
- Fadli mengangguk-angguk, berpura-pura mengerti. ( >> Fadli tidak mengerti)
Bermimpi dan berpura-pura menjadi dua kata kunci yang mengakibatkan adanya pengingkaran tersirat. Keduanya berdiri sebagai verba dalam presuposisi jenis nonfaktif.
Selanjutnya, jenis presuposisi yang terakhir adalah presuposisi kontrafaktual. Di sini, yang dipraanggapkan bersifat berlawanan dengan fakta.
- Kalau kamu ada di sana, mungkin kamu akan ikut kecewa. ( >> Kamu tidak ada di sana)
- Seandainya manusia bisa terbang, jalanan tidak akan macet. ( >> Manusia tidak bisa terbang)
Perlu diingat, praanggapan atau presuposisi diutarakan oleh penutur dan petutur. Hal ini sering kali dapat menandakan bahwa pelaku tutur telah mengetahui konteks pembicaraan. Selain itu, praanggapan pun membuktikan bahwa kita berkomunikasi bukan hanya untuk bertukar informasi, melainkan juga untuk berbagi asumsi.
Rujukan:
- Kridalaksana, Harimurti. 2009. Kamus Linguistik: Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- Markoem, Muhadjir. 2017. Semantik dan Pragmatik: Edisi Kedua. Tangerang: Pustaka Mandiri.
- Yule, George. 1996. Pragmatics. New York: Oxford University Press.
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Ivan Lanin