
Mengkaji Perubahan Bahasa melalui Linguistik Historis
Linguistik historis, berdasarkan Kamus Linguistik Edisi Keempat (2009), adalah cabang linguistik yang menyelidiki perubahan-perubahan jangka pendek dan jangka panjang dalam sistem bunyi, gramatika, dan kosakata satu bahasa atau lebih. Dengan mempelajari linguistik historis, seorang peneliti mampu mengetahui perubahan bahasa, bahkan faktor-faktor yang mendukungnya. Dengan kata lain, mendalami linguistik historis berarti menyelami kebudayaan penutur suatu bahasa.
Lyle Campbell (2013) dalam Historical Linguistics: An Introduction menyatakan bahwa banyak sekali peneliti yang tertarik dengan cabang linguistik historis. Alasannya beragam. Ada yang bilang bahwa penelitian linguistik historis memiliki banyak tantangan yang mengasyikkan. Selain itu, menurut beberapa peneliti, temuan linguistik historis mampu berkontribusi terhadap perkembangan linguistik secara general. Bahkan, kajian ini dinilai dapat memberikan pemahaman mengenai kognisi dan kapasitas manusia dalam pembelajaran bahasa.
Perlu dicatat bahwa linguistik historis tidak berfokus pada sejarah linguistik. Kajian ini juga tidak bertanggung jawab untuk menjelaskan sejarah bahasa manusia. Tugas para peneliti linguistik historis adalah menyelidiki perubahan bahasa dari waktu ke waktu. Maka dari itu, linguistik historis sering juga disebut sebagai linguistik diakronis, yakni berkenaan dengan pendekatan terhadap bahasa dengan melihat perkembangannya sepanjang waktu.
Seiring dengan berjalannya waktu, sebuah bahasa dapat berubah, baik dari segi fonologi kata, bentuk kata, morfologi, sintaksis, maupun semantik. Contoh yang dipaparkan Campbell mencerminkan perubahan yang terdapat dalam bahasa Inggris. Pada Alkitab Raja James (1611), terdapat kalimat “And after a while came vnto him they that stood by, and saide to Peter, Surely thou also art one of them, for thy speech bewrayeth thee.” Bahasa yang digunakan kala itu adalah bahasa Inggris pramodern. Pada lain sisi, dalam The New English Bible (1961), bahasa Inggris sudah memasuki era modern dan kalimat tersebut berubah menjadi “Shortly afterwards the bystanders came up and said to Peter, ‘Surely you are another of them; your accent gives you away!’” Pada kalimat tersebut, terdapat perubahan kosakata dan tata bahasa. Seorang peneliti linguistik historis bertugas menjabarkannya dan menyelisik faktor-faktor perubahan tersebut.
Contoh lain perubahan bahasa tecermin dalam penelitian Churmatin Nasoichah (2020). Dia meneliti perubahan bentuk bahasa Proto-Austronesia yang kemudian dituturkan oleh penduduk berbahasa Melayu Kuno, seperti kata dalaŋ yang berubah menjadi dalam, tsabah menjadi sawah, dan suṅai menjadi sungai.
#linguistikhistoris
Rujukan:
- Campbell, Lyle. 2013. Historical Linguistics: An Introduction. Skotlandia: Edinburgh University Press.
- Kridalaksana, Harimurti. 2009. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
- Nasoichah, Churmatin. 2020. “Kajian Linguistik Historis Komparatif terhadap Bahasa Melayu Kuno pada Penulisan Prasasti Panai”. Dalam Jurnal Purbawidya: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Arkeologi, Vol. 9, No. 1, Juni, hlm. 15–30. Bandung: Balai Arkeologi Jawa Barat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Penulis: Yudhistira
Penyunting: Ivan Lanin
Bagaimana tanggapan Kerabat Nara?
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan
Artikel & Berita Terbaru
- Keterampilan yang Dibutuhkan Penulis Wara
- Empat Unsur Gramatika sebagai Kunci Kemampuan Menata Tulisan
- Bahan Pertimbangan sebelum Mengirim Artikel ke Jurnal
- Bjir dan Bjrot
- Penulisan Infografik yang Mencakup Semua Hal
- Berbahasa Indonesia, Sulit atau Mudah?
- Pola Frasa dalam Bahasa Kita
- Kelas Perdana Penulisan Skenario dalam Produksi Video
- Penulisan Mikrokopi UX yang Ramah Pengguna
- Kiat Penyusunan Dokumen untuk Konsultan Proxsis
- Penyunting yang Tak Sama dengan Penguji Baca
- Mengenal Penulisan Artikel dan Esai Lebih Dalam