Menyunting naskah bukanlah pekerjaan yang mudah. Kita tahu, seorang editor bahasa sebaiknya memiliki pengetahuan kebahasaan yang memadai. Lebih dari itu, ada pula aspek-aspek lain dalam penyuntingan yang harus dipahami oleh seorang penyunting. Apa saja? 

 

  1. Keterbacaan

Aspek ini bertitik berat pada penataan letak. Meskipun proses ini merupakan tanggung jawab tim penata letak, seorang editor juga harus ikut memastikan bahwa tata letak mampu menunjang keterbacaan sebuah tulisan.

 

  1. Ketaatasasan

Ketaatasasan berkaitan dengan konsistensi, baik tanda baca, diksi, maupun gaya selingkung. Yang terakhir ini biasanya tidak terlepas dari gaya bahasa penulis dan ciri khas tulisan-tulisan yang diterbitkan oleh sebuah lembaga.

 

  1. Kebahasaan

Seorang editor perlu berunding intensif dengan penulis. Apakah penulis ini hendak melanggar kaidah-kaidah kebahasaan tertentu? Tanyakan alasannya, sanggah jika perlu. Kalau tulisan akan diterbitkan oleh sebuah kantor penerbitan, pastikan bahwa gaya bahasa penulis telah sesuai dengan visi dan misi kantor tersebut. Apabila tulisan akan dipublikasikan dalam situs web media massa, pastikan bahwa tulisan tersebut sudah sejalan dengan arahan redaktur.

Barulah setelah itu, seorang editor dapat melakukan penyuntingan terkait gramatika, ejaan, peristilahan, dan kebakuan kata.

 

  1. Kejelasan

Aspek keempat berfokus pada jelas atau tidaknya tulisan. Seorang editor harus memahami keseluruhan naskah, mulai dari pembukaan hingga penutup. Dalam ranah fiksi, penyunting juga memiliki peran untuk memastikan bahwa tulisan sudah memiliki pembabakan konflik dan leraian yang jelas. Sementara, dalam ranah nonfiksi, penyunting wajib menjamin bahwa tulisan sudah disusun berdasarkan tujuan yang disepakati: edukatif, informatif, persuasif, dan sebagainya.

 

  1. Ketelitian

Penyunting harus memastikan kesahihan data di dalam tulisan. Lazimnya, ketelitian ini sangat diperlukan dalam tulisan nonfiksi, seperti laporan, artikel, dan esai. Namun, dalam tulisan fiksi, kebenaran data juga patut diperhatikan, apalagi jika karya tersebut mengangkat latar belakang sejarah.

 

  1. Kepatutan

Aspek ini bertalian dengan ketelitian. Pastikan bahwa seorang penulis tidak menjiplak atau memplagiat karya orang lain. Selain itu, editor juga wajib menjamin bahwa tulisan tidak melanggar hukum dengan memojokkan pihak-pihak tertentu secara terang-terangan lewat isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

 

  1. Ketepatan

Aspek yang terakhir adalah ketepatan. Di sini, seorang editor perlu memastikan bahwa seluruh elemen dalam tulisan sudah lengkap. Apabila tulisan diterbitkan dalam bentuk buku, elemen-elemen naskah berarti mencakup sampul, halaman identitas, nomor halaman, ISBN (jika diperlukan), dan sebagainya. Apabila tulisan dipublikasikan sebagai artikel daring, elemen-elemen naskah bisa meliputi nama penulis, ukuran tulisan, daftar pustaka, dan sebagainya. Selain itu, seorang editor sebaiknya juga mengetahui waktu penerbitan atau pemublikasian tulisan.

Di luar itu, saya rasa, seorang editor juga wajib memahami jenis tulisan yang sedang disunting. Bahkan, ia harus mengetahui kriteria pembaca yang disasar. Tentunya dua hal tersebut dapat membantu editor dalam melaksanakan pekerjaannya secara efisien.

 

Penulis: Yudhistira

Penyunting: Ivan Lanin