Di zaman sekarang, rasa-rasanya, literasi dapat dengan mudah dijangkau. Bacaan tersedia di mana-mana, baik melalui ruang fisik maupun platform digital. Kala kita butuh bacaan, kita dapat dengan mudah menemukannya di mana pun dan kapan pun. Akan tetapi, faktanya, itu tidak berlaku bagi adik-adik kita di wilayah Bantur, Kabupaten Malang –mungkin juga di daerah-daerah lainnya. 

Pertemuan saya dengan Komunitas Banturead melalui inisiasi Aksaraloka yang direncanakan Narabahasa mengantarkan saya pada kenyataan bahwa adik-adik di daerah sana belum memiliki akses terhadap perbukuan yang layak. Mereka kesulitan mendapat bacaan berkualitas. Dengan berlatar kondisi desa yang di dalamnya banyak sekali anak yang putus sekolah karena keterbatasan dana, para pemuda di desa ini berinisiatif mendirikan perpustakan dan menggalakkan kegiatan literasi dengan tujuan yang sungguh sederhana: agar anak-anak bisa (dan rajin) membaca. Inisiasi itulah yang kemudian menjelma Komunitas Banturead.

Saya belajar banyak dari Komunitas Banturead. Segala sesuatu yang berangkat dari hati memang tidak akan pernah berbalik arah meski pada perjalanannya nyaris ingin menyerah. Ada degup haru –yang saya sendiri pun tidak tahu apa namanya, ketika mendengar cerita salah satu pengurus Banturead via telepon. Katanya, pernah ada masanya yang datang berkunjung ke perpustakaan-sederhana-mereka hanya satu anak. Bahkan, pernah juga tidak ada pengunjung sama sekali. Akan tetapi, berbekal semangat yang tak pernah padam, Komunitas Banturead terus gigih memperjuangkan misinya. Tak hanya menyediakan bacaan dan kegiatan, Komunitas Banturead juga kerap membacakan isi buku yang kemudian direkam dan diunggah menjadi siniar (podcast). 

Nah, melalui momen Aksaraloka yang mengusung slogan “memanusiakan literasi”, saya dengan sadar dan bahagia mengajak teman-teman untuk turut berpartisipasi membantu memperluas akses literasi adik-adik kita di daerah Bantur sana. Tersebab koleksi bacaan yang dimiliki Komunitas Banturead masih sangat sedikit. Teman-teman bisa menuju tautan https://kitabisa.com/campaign/untukbanturead/. Tak hanya melalui sumbangan dana, teman-teman juga bisa berpartisipasi melalui doa dan upaya menyebarkan kampanye ini. Saya banyak terima kasih. Semoga kita senantiasa sehat dan bermanfaat.

Tentang Aksaraloka

Aksaraloka merupakan salah satu perwujudan visi Narabahasa –kuasai bahasa, kuasai dunia. Acara berslogan “memanusiakan literasi” yang diinisiasi oleh empat Pramubahasa (Eben Haezar, Harrits Rizqi, Mochamad Alviensyah, dan Qinthara Silmi) ini diharapkan dapat memantik semangat untuk saling belajar serta menyebarluaskan literasi bahasa Indonesia. Tekad untuk saling belajar dan menyebarluaskan literasi menjelma menjadi tiga acara dan satu momen ajakan untuk bederma. 

Jenis acara pertama bertajuk Gelar Wicara Literasi dan Pengajaran yang menghadirkan Yunaz Karaman (Pemilik Perpustakaan Sepeda Prasojo), Fajri Alfalah (Wakil Ketua Yayasan Taman Baca Inovator), dan Fidella Anandhita (Ketua Kelar Pengajar Muda, Gerakan Indonesia Mengajar). Selain bertujuan menyebarluaskan pengalaman para pegiat dan pengajar mengenai literasi, gelar wicara ini pun diharapkan dapat menginspirasi siapa pun yang menonton. Kami percaya bahwa semangat akan menjalar, kesempatan untuk memanusiakan literasi akan selalu terbuka lebar. 

Jenis acara kedua merupakan suguhan-suguhan penampilan dari Svatuhari, Sasina, dan perwakilan Kerabat Nara yang dipilih dari ajakan terbuka. Svatuhari akan menampilkan salah satu perwujudan seni peran dalam dunia teater, yaitu monolog. Sasina akan menampilkan musikalisasi puisi, perpaduan unsur puisi dan musik. Perwakilan Kerabat Nara terpilih akan membacakan karya cerpen. 

Jenis acara ketiga yang juga merupakan acara utama Aksaraloka adalah Bedah Buku Recehan Bahasa yang akan menghadirkan penulisnya, Ivan Lanin; Uksu Suhardi, penulis buku Celetuk Bahasa; dan Iqbal Aji Daryono, penulis buku Berbahasa Indonesia dengan Logis dan Gembira. Selain tiga tokoh tersebut, sesi bedah buku ini juga akan menghadirkan Windy Ariestanty yang akan berperan sebagai wasit. Tanpa bermaksud menciptakan perdebatan syahdu antarpembedah, bedah buku ini bertujuan menggali lebih dalam isi buku Recehan Bahasa disertai beragam perspektif. 

Tulisan ini dibuat dengan ikhlas dan tanpa paksaan pihak mana pun. Barangkali ada yang tertarik dengan acara Aksaraloka, silakan catat tanggal, waktu, dan tempatnya: 12 September 2020, pukul 14.00 WIB, disiarkan langsung melalui YouTube dan Instagram Narabahasa tanpa dimintai biaya. Sekian dan sampai jumpa di ruang virtual. Selamat bersiap memanusiakan literasi, dua hari lagi di ruang Aksaraloka, dan sepanjang masa di ruang pribadi masing-masing.

Penulis: Dessy Irawan